ENTRI TERBAIK

Kamis, 20 Februari 2014

Kendaraan 4x4



Kendaraan 4x4
Apa yang menjadikan kendaraan 4x4 berbeda dengan kendaraan 4x2 yang lain adalah perbedaan pada sistem transmisi. Pada transmisi yang konvensional maka pada kendaraan 4x4 mempunyai tambahan trasmisi (extra transfer case).Transfer case inilah yang kemudian membagi beban kendaraan dengan memindahkan daya melalui propeler shaft ke roda depan. Biasanya pada kendaraan 4x4 konvensional transfer case tersebut mempunyai dua kecepatan yakni gear rasio High dimana rasio perpindahan daya ke roda depan sama dengan torsi daya yang disalurkan ke roda belakang. Sedangkan pada posisi transfer case low maka perpindahan daya pada gigi rendah (Low Gear) maka transfer case tersebut akan melipat gandakan daya menjadi dua kali lipat dengan rasio 2:1 (untuk kondisi transfer case standar). Dengan menggunakan Low Gear tersebut maka akan memberikan daya yang cukup kuat bagi kendaraan anda untuk mendaki bukit atau melintasi lumpur. Disamping memberikan daya yang kuat, maka pada suatu keadaan tertentu, maka Low Gear tersebut dapat berfungsi sebagai "idle" speed pada kecepatan rendah dalam menghadapi beberapa rintangan tertentu. Disamping itu Low Gear tersebut dapat pula berfungsi sebagai penarik beban berat yang dapat menarik beban 2 kali dari maksimum daya angkut (max. load) pada kendaraan tersebut. Kelebihan penggunaan Low Gear lainnya adalah fungsi ‘Engine Break" pada rintangan curam semisal anda menuruni bukit terjal.


Saat ini ada dua type kendaraan 4x4 yang ada dipasaran yakni dengan sistem 4x4 manual dan 4x4 otomatis atau full time fourwheeldrive. Dengan menggunakan sistem full time 4x4 maka anda tidak perlu memindahkan tuas persenelling pada transfer case dari High ke Low karena perpindahan akan dilakukan secara otomatis. Pada sistem transmisi konvensional (manual) maka perpindahan dilakukan dengan cara memindahkan tuas 2H ke 4H.
Berikut ini arti singkatan pada knop transfer case :

* 2H : Menandakan hanya 2 roda belakang saja yang berputar . Tuas 2 H digunakan untuk kendaraan dalam kecepatan tinggi dan kering. Penggunaan 2H ini dilakukan pada jalan raya biasa (aspal atau kerikil kering/Gravel).

* 4H : Menandakan 4 roda bergerak bersamaan. Perbandingan gigi untuk 4H adalah sama dengan rasio gigi untuk 2H. Fungsi 4H digunakan apabila situasi jalan dalam keadaan licin, baru hujan atau habis hujan. 4H dapat digunakan dalam kecepatan tinggi seperti penggunaan tuas 2H. Pada kendaraan tertentu semisal Suzuki Jimny, Isuzu Invader maka pemindahan gigi 2 H ke 4H dapat dilakukan pada posisi kendaraan sedang berjalan namun demikian usahakan pemindahan gigi dalam posisi kendaraan diam. Disamping itu pemindahan gigi sebaiknya dilakukan dalam keadaan posisi stir mengarah maju (sebaiknya tidak pada saat berbelok kekiri atau kekanan).

* N : Posisi neutral digunakan apabila kendaraan dalam keadaan ditarik atau apabila kendaraan menggunakan PTO Winch (Power Take Off Winch) maka posisi neutral digunakan menggerakan PTO dimaksud. Neutral juga berfungsi sebagai jeda/transisi antara perbedaan gigi kecepatan tinggi (H) ke perbedaan gigi kecepatan rendah (L). Perpindahan posisi 4H ke N dan 4L harus dilakukan pada saat kendaraan benar-benar diam karena perpindahan tersebut dilakukan pada rasio gigi yang berbeda.

* 4L : 4L berfungsi sama dengan 4H namun demikian perbandingan giginya lebih rendah dibandingan 4H. Fungsi 4L adalah untuk mengatasi rintangan medan berat misalnya jalan berlumpur, tanjakan yang cukup curam atau rintangan berbatu. Pemindahan gigi dari 4H ke 4L harus dilakukan dalam posisi kendaraan diam. Karena perbandingan gigi yang berbeda maka pemindahan gigi 4H ke 4L dalam keadaan jalan akan mengakibatkan kerusakan serius pada transfer case.

Transfer case operation pada type kendaraan tertentu mungkin berbeda-beda oleh karena itu disarankan anda membaca buku petunjuk pengoperasian 4x4 pada kendaraan anda atau tanyakan kepada orang yang lebih ahli mengenai pengoperasiannya.



Pada kendaraan dengan menggunakan manual transfer case maka biasanya ada yang sudah dilengkapi oleh pabriknya dengan hub lock atau pengunci as roda. Ada sebagian yang mengistilahkannya sebagai "Free-Lock". Fungsi hub lock adalah untuk membebaskan as roda depan agar tidak berputar walaupun kendaraan dalam posisi jalan. Dengan tidak berputarnya as roda maka otomatis umur penggunaan as roda akan panjang. Posisi Free digunakan dalam kondisi kendaraan jalan cepat dan digunakan dijalan raya. Dengan posisi free maka otomatis roda yang bergerak hanya 2 walaupun posisi gigi dipindahkan ke 4H atau 4L. Pada kondisi jalan basah dan tuas pemindah daya dua roda akan dipindahkan ke penggerak empat roda maka hub lock ini harus dikunci dan dipindahkan keposisi lock. Model akhir 4x4 yang berkembang saat ini dengan tipe SUV (Sport Utility Vehicle) sudah mengadopsi automatic freewheeling hub yang akan mengunci dan membukan secara otomatis ketika anda memindahkan tuas transfer case.
Fungsi dari hub lock ini sebenarnya adalah untuk mengurangi aus pada roda, as roda, gigi di final gear serta kotak pemindah daya (transfer case gear).
kendaraan tipe ini mempunyai kemampuan mendistribusikan power dari mesin ke seluruh roda dengan perbandingan distribusi antara gardan depan dan belakang dengan rasio tertentu. Misal, 40 % untuk gardan depan, 60 % untuk gardan belakang. Tipe penggerak untuk 4WD memiliki beberapa kategori :
• Part time 4WD
Pada sistem ini, 4WD tidak fix untuk selamanya tetapi dapat di non aktifkan sesuai dengan kebutuhan. Sistem pemindahkan dari 2WD ke 4WD harus dilakukan secara manual dengan memindahkan tuas. Dalam kondisi normal, system akan berjalan dengan 2WD. Kendaraan yang mengggunakan system ini tidak dirancang untuk kondisi jalan kering atau jalan raya, karena berakibat system gear cepat aus. Sistem low-range gear menyebabkan kendaraan merambat dengan pelan, tapi mampu mengatasi rintangan yang cukup berat. Sistem ini umumnya digunakan oleh kendaraan tua bertipe Jeep. Kelemahan sistem ini adalah distribusi power antara gardan depan dan belang tidak dapat diatur sesuai kebutuhan atau otomatif. Kelemahan yang lain adalah pemindahan dari 2WD ke 4WD (atau sebaliknya) harus dengan manual dan pada umunya kendaraan harus dalam kondisi bergenti. Perpindahan dari 2WD ke 4WD atau sebaliknya tidak dapat dilakukan on the fly (sambil jalan). Beberapa kendaraan yang menggunakan system ini adalah : Jimny, Wrangler, Nissan, Chevrolet Blazer, Cherokee, Nissan Pathfinder, Toyota 4Runner, Mazda.

• Selectable 4WD
Sistem ini lebih fleksibel dalam melakukan pemilihan jenis penggerak yang digunakan apakah 2WD, full time 4WD, ataupun part time 4WD dalam memberikan traksi yang maksimal. Pada waktu menghadapi medan yang cukup berat, central differential akan otomatis mengunci untuk memberikan traksi yang kuat. Pada waktu belok, center differential akan mengatur roda depan dan belakang berputar secara independen. Sistem ini dapat menembus medan berat seperti lumpur, dapat digunakan di jalan aspal. Sistem ini delangkapi pula dengan low-range gear. Kekurangan dari sistem ini adalah : proses aktivasi dilakukan secara manual. Beberapa kendaraan yang menggunakan system ini antara lain : Isuzu Tropper, Acura SLX, Ford Expedition, Grand Cherokee, Mitsubishi Montero, Jeep Cherokee.

• Permanent 4WD
Sistem ini dilengkapi juga dengan low-range gear dan center differential. Sistem ini dapat digunakan di jalan aspal maupun jalan berlumpur. Proses penguncian dilakukan secara otomatis. Sistem ini mempunyai kemampuan off-road setara dengan part-time 4WD, tetapi masih bisa digunakan di jalan aspal, sedangkan part-time tidak bisa digunakan di jalan aspal karena system gear akan cepat aus. Adanya center differential dapat melakukan penguncian secara otomatis dalam meningkatkan daya traksi. Tetapi harga sistem ini lebih mahal dibandingkan dengan sistem lain. Beberapa kendaraan yang menggunakan system ini antara lain : Mercedes-Bens ML320, Toyota Land Cruiser, Lexus LX470, Range Rover, Jeep Grand Cherokee, Ford Explorer V6.
• All wheel drive (AWD)
Disebut juga dengan Full-Time 4WD. Pada sistem ini ke-4 roda adalah tidak ada saling ketergantungan (independent). Distribusi power diatur oleh cpu (komputer). Sistem ini umunya sudah dilengkapi dengan sistem pengendali traksi secara otomatis. Misal, saat roda kanan depan dan belakang pada tempat yang basah, secara otomatis komputer akan memberikan traksi dan porsi tenaga yang lebih besar untuk roda depan dan belakang sebelah kanan. Contoh yang lain, misal mobil dalam kondisi menikung ke kiri, secara otomatis roda kanan belakang akan mendapatkan porsi tenaga lebih besar. Sistem ini mudah digunakan dan dengan seketika akan menyalurkan daya ke roda dengan kuat. AWD dapat digunakan di jalan aspal. Centre Differential berfungsi secara otomatis dalam mengunci atau membuka. Kemampuan AWD ini tidak sehebat 4WD karena tidak dilengkapi dengan low-range gear. Sistem AWD ini cukup efisien Untuk menembus lorong-lorong hutan, padang pasir, jalan berkerikil . Beberapa kendaraan yang mengunakan sisyem ini antara lain : Mitsubishi Eclipse, Subaru, Volvo V70, Mazda MPV, Honda CR-V, Lexus RX300, Mercedes-Benz E320.
(source: Automotive Engineering, Gear System, Diskusi Sakae ITO – Honda R&D Japan)

Sistem penggerak drive train pada 4X4
Drive Train merupakan suatu komponen dengan beberapa mekanisme yang berfungsi memindahkan daya/ tenaga yang dihasilkan mesin untuk menjalankan roda dan kendaraan. Dengan adanya Drive Train maka mobil dapat bergerak atau berjalan.

• Clutch
Komponen ini mempunyai fungsi untuk meneruskan dan melepaskan daya dari mesin ketika gir berpindah dalam kondisi berjalan atau berhenti.

• Transaxle
Transmisi dan differential yang menjadi satu, bagian ini digunakan pada kendaraan penggerak roda depan.

• Differential
Komponen ini mempunyai tiga fungsi yaitu merubah arah dari daya bergerak, mengurangi daya dari propeller shaft, dan membedakan putaran untuk roda ketika membelok.

• Drive Shaft
Komponen yang berfungsi meneruskan daya yang terbagi ke setiap roda dari differential.

• Transmission
Komponen ini meneruskan dan mengatur kecepatan dan daya dari mesin yang diakibatkan oleh gigi kecepatan yang digunakan, kemudian dilanjutkan ke pemutar roda.

• Propeller Shaft
Suatu mekanisme penghubung yang meneruskan daya dari transmisi ke differential (kendaraan mesin di depan dengan penggerak roda belakang).

Ada beberapa jenis sistem penggerak :

• Front Engine Front Wheel Drive (FF), mesin berada di depan, dengan penggerak roda depan
• Front Engine Rear Wheel Drive (FR), mesin berada di depan, dengan penggerak roda belakang
• Rear Engine Rear Wheel Drive (RR), mesin berada di belakang, dengan penggerak roda belakang
• Four Wheel Drive (4WD), mesin dengan penggerak roda depan dan belakang (4 roda)
Tipe Drive Train FF paling umum digunakan pada mobil ekonomis seperti Toyota Altis. Sedangkan untuk tipe Drive Train FR biasanya untuk sedan mewah dan mobil sport. Tipe Drive Train RR untuk mobil sport kelas tinggi (formula 1). Tipe Drive Train 4WD untuk mobil dalam segala medan seperti Toyota Fortuner, mesin dihubungkan dengan differential tengah (transfer case) yang membagi tenaga ke roda belakang dan roda depan. Karena pada saat menggunakan Drive Train 4 roda, penggunaan energi lebih tinggi, biasanya penggerak 4 roda hanya digunakan pada saat dibutuhkan saja, dengan mengaktifkan melalui tombol atau tuas tertentu.

kode dan ukuran ban



Kode Ban dan Velg Mobil Offroad

Velg dan Ban merupakan komponen yang tidak terpisahkan saat kita ingin mendandani mobil kesayangan. Keduanya memiliki motif dan desain yang sangat beragam sehingga harus pandai-pandai memadupadankan dengan style kendaraan.

Dalam memilih kedua komponen ini, kita harus mempertimbangkan tujuannya. Apakah untuk keperluan harian, kompetisi Offroad atau untuk kontes sebagai carshow. Semuanya harus serasi karena secara tidak langsung menunjukkan jati diri pemiliknya.

Pabrikan mobil umumnya memasangkan ban pada mobil produksinya dengan velek dan ban OEM (Original Equipment Manufacturer) sesuai dengan karakter mobil. Untuk mobil yang diproduksi masal biasanya menggunakan ban yang lebih ditujukan untuk kenyamanan.

Selain menjunjung tinggi faktor kenyamanan, pemilihan pada mobil ban standar juga memperhatikan faktor keselamatan dan faktor keawetan komponen kendaraan. Oleh karena itu kendaraan yang dijual dibekali ban yang berprofil tebal.

Berbeda dengan kendaraan-kendaraan sekelas Ferrari, Lamborghini, Porsche dan kendaraan eksotis lainnya yang dibuat untuk tujuan performa dan gaya hidup. Oleh karena itu ban dan velek yang digunakanpun rata-rata berukuran diameter besar dengan ban berprofil rendah alias ban tipis.

Ban dengan spesifikasi tersebut ditujukan untuk mendapatkan traksi, akselerasi serta kelincahan bermanuver dengan faktor safety yang sangat tinggi untuk mengimbangi kemampuan kendaraan yang bersangkutan.

Karena Faktor kenyamanan berada pada urutan kesekian, maka jangan harap Anda mendapatkan kenyamanan pada kendaraan-kendaraan eksotis yang kami sebutkan di atas. Dan meskipun demikian kita tidak bisa menampik kalau kendaraan eksotis tadi sangat indah dipandang.

Karena umumnya kendaraan dengan velek besar ini digunakan pada mobil-mobil 'mahal' itulah maka banyak para pemilik kendaraan menaikkan ukuran ban dan veleknya agar setidaknya mendekati tampilan mobil-mobil sport eksotis tersebut.

Namun sebelum melaksanakan niat itu, sebaiknya pahami dulu kode-kode yang ada pada ban. Dan yang perlu diperhatikan saat Anda ingin menaikkan diameter roda mobil kesayangan Anda, sebaiknya tidak lebih dari dua inci lebih besar dari ukuran standar OEM. Itu kalau Anda masih peduli faktor kenyamanannya.

Misalnya jika mobil Anda saat ini menggunakan velek ukuran 16 inci, maka sebaiknya Anda melakukan pembesaran tidak lebih dari plus dua (+2) yaitu 18 inci.

Kode-kode pada ban

Misalnya ban berkode 215/65R15 89H. Angka '215' adalah lebar telapak ban dalam satuan ukuran milimeter. '65' (Aspek Rasio), adalah rasio/perbandingan antara ketebalan profil ban dengan lebar telapak ban. Angka 65 di sini mengisyaratkan tinggi/tebal ban adalah 65% dari lebar telapak ban.

'R' (konstruksi), adalah pola jalinan benang/kawat yang memperkuat konstruksi ban. 'R' di sini berarti ban tersebut memiliki pola jalinan berpola radial. Jika 'B' berarti ban tersebut mempunyai konstruksi sabuk bias (bias belted). Untuk 'D' maka berarti konstruksinya adalah bias diagonal (diagonal bias).

Angka 15 berikutnya adalah ukuran diameter rim/velek dalam satuan inci dan angka '89' mengisyaratkan beban maksimal (load index) yang diizinkan pada
ban bersangkutan. Sesuai dengan standar industri ban maka kode tersebut memiliki kapasitas beban maksimal sebesar 580 kilogram di tiap ban.

Tabel load Index/ beban maksimal yang diizinkan:

 86=530kg
 87=545kg
 88=560kg
 89=580kg
 90=600kg
 91=615kg
 92=630kg
 93=650kg
 94=670kg dan seterusnya.

Huruf "H' terakhir merupakan indikator kecepatan maksimal.

Tabel indikator kecepatan maksimal yang diizinkan:

 G=  90km/jam
 H= 210km/jam
 J= 100km/jam
 K= 110km/jam
 L= 120km/jam
 M= 130km/jam
 N= 140km/jam
 P= 150km/jam
 Q= 160km/jam
 R= 170km/jam
 S= 180km/jam
 T= 190km/jam
 U= 200km/jam
 V= 240km/jam
 W= 270km/jam
 Y= 300km/jam

Jadi ban berkode 215/65R15 89H adalah ban dengan lebar telapak 215mm, ketebalan ban dengan aspek rasio 65% x 215(mm) = 129(mm), berjenis radial dengan ukuran velek berdiameter 15 inci, mampu dibebani seberat 580 kg dengan batas kecepatan aman maksimal 210 km/jam.

Ada perbedaan kode simbol batas kecepatan pada sistem Eropa generasi lawas yang diberi kode 215/65 HR15 yang berarti lebar telapak 215 mm/aspek rasio 65, kecepatan maksimal 210 km/jam, jenis radial dan rim 15 inci.

 TR=100 Km/jam.
 HR=210 Km/jam.
 VR=260 km/jam
 ZR=340 km/jam.

Tulisan 'DOT' pada dinding ban, berarti ban tersebut telah memenuhi standar persyaratan dari Departement of Transportation (DOT) Amerika Serikat berdasarkan sistem Uniform Tire Quality System (UTQG) atau tiga jenis kemampuan/tingkatan ban, yaitu keawetan/jarak tempuh, daya cengkeram dan daya tahan terhadap temperatur.

Inflation Pressures/Tekanan angin adalah batas maksimum yang diperbolehkan, tetapi belum tentu sesuai untuk jenis mobil Anda. Pakailah selalu tekanan angin yang dianjurkan produsen mobil yang dapat dilihat pada buku petunjuk/manual book.

Di samping kode-kode di atas, ada kode lainnya yang tak kalah penting. Dalam dunia off-road kerap kita mendengar ban berukuran 31 ban 33 dan lain sebagainya. Untuk ban off-road biasanya menggunakan kode sederhana seperti 31 x 10.50 R 15 6PR.

Angka 31 adalah ukuran paling luar diameter ban dalam satuan inci, sementara 10.50 merupakan ukuran lebar ban dalam satuan inci, R adalah jenis
ban Radial dan 6PR adalah 6 Ply Rating yaitu jumlah lapisan pola jalinan kawat atau benang di dalam ban yang dalam hal ini maksudnya 6 lapisan.


Kode-kode pada velg

Bahasa velek umumnya lebih sederhana dibanding bahasa ban. Sebagai contoh: Sebuah velek tertera kode 7 1/2 (7.5) x 17 kemudian 4/114.3 dan ET +40.

Angka 7.5 pada rangkaian kode 7.5 x 17 merupakan lebar velek dalam satuan inci sementara angka 17 merupakan diameter velek dalam satuan inci. Arti angka 7.5 x 17 berarti velek memiliki lebar 7,5 inci dengan diameter 17 inci.

Rangkaian kode 4/114.3 merupakan kode untuk menunjukkan jumlah baut yaitu 4 baut dan 114.3 merupakan kode untuk PCD (Pitch Circle Diameter) yaitu diameter pola lingkaran posisi baut dalam satuan milimeter. Jadi jika ada kode 5/112, berarti velek tersebut memiliki 5 lubang baut dengan PCD 112 mm.

Kode ET merupakan ukuran offset velek. Velek memiliki dua bibir yaitu bibir luar dan bibir dalam. Jika dudukan baut velek berada tepat di tengah-tengah antara bibir luar dan bibir dalam (centerline) berarti velek memiliki offset 0.

Posisi dudukan baut velek semakin ke arah luar berarti velek memiliki offset positif demikian pula sebaliknya jika posisi dudukan roda cenderung lebih ke arah dalam berarti negatif. Jadi jika pada velek tertulis ET +40 itu artinya posisi dudukan baut roda pada velek bergeser ke luar sejauh 40 mm.

Umumnya pemilik kendaraan jarang malakukan kesalahan dalam memilih ukuran ban dan velek serta ukuran PCD. Akan tetapi pemilik kerap lalai mengukur offset-nya hingga baru diketahui setelah ban dan velek siap dipasang atau bahkan setelah dipasang pada kendaraan.

Kebanyakan problem yang timbul adalah mentoknya ban dengan komponen bodi kendaraan seperti pada bibir spakbor atau fender, piring dudukan pegas suspensi atau dinding apron maupun dinding rumah roda akibat melupakan faktor offset.

Kalau sudah begini, biasanya pemilik menyiasatinya dengan menambahkan spacer agar ban tidak mentok. Namun perlu diingat bahwa penggunaan spacer membuat velek memiliki potensi bergeser dari posisinya karena tumpuan velek hanya bergantung pada ikatan baut-baut roda.

Seharusnya velek menempel sempurna pada dudukan roda dan tertahan oleh tonjolan poros roda agar posisi roda tetap center pada dudukannya.

Yang tidak kalah pentingnya saat memasang velek, perhatikan lubang tengah velek dan tonjolan pada dudukan velek. Idealnya antara lubang tengah pada
velek dan tonjolan hub roda harus masuk secara presisi. Jika Ada celah, sebaiknya Anda meminta ring tambahan untuk di pasang pada center hub roda untuk membantu velek tetap center terhadap poros roda.

Selasa, 11 Februari 2014

ukuran dan jenis ban



Kita terkadang sering salah kaprah ketika memilih ban offroad, tidak pas dengan kebutuhannya. banyak yang berfikir bahwa semakin besar ban tentunya dapat melalui trek extrim, tidak memikirkan tenaga dari mesin sampai rasio final gear disebabkan setiap kendaraan berbeda.

kita perlu menghitung ulang pada  mesin, transmisi, transfercase serta final gearnya sebab hal ini sangat menentukan dalam kita memilih ban untuk offroad.
Terdapat sedikit tips dalam memilih ban yg sesuai dengan kendaraan anda:
1. Suzuki Jimny standart belum dimodif ukuran ban yg pas serta nyaman buat offroad 29″x15″ apabila lebih besar tenaga mesin ngedrop serta resiko as roda putus karena as roda jimny rentan.
2. Jimny modif’an engine swap un2500cc hingga final gear 4,….- 5,…. maksimal ban yg digunakan 32″
3. Willys mesin standart/engine swap un2500cc final gear 4,8 – 5,3 maks ban 32″x15″
4. CJ7/FJ40 atau up2500cc standart, ban yg digunakan 32″x15″, modif’an up2500cc maksimal 35″.
Terdapat beberapa jenis ban offroad yg memang dihadirkan pihak produsen seperti M/T atau Mud Terrain, diperuntukan bagi mobil offroad. Dapat dideteksi dari kembangannya yang sangat kasar dan got dalam.
A/T All Terrain pastinya ban ini mampu untuk segala medan, namun bukan untuk lumpur dalam kategori berat, Jika sekedar jalan tanah dengan profil keras, berkerikil maupun jalan becek dan sedikit berlumpur atau lapangan rumput, masih oke.
Ban ini tentunya mempunyai performa yang lebih baik ketimbang ban tipe M/T ketika digunakan di aspal, suara bising dan getarannya lebih kecil. Begitu juga dengan kemampuan pengereman serta kemampuannya berjalan di atas genangan air hujan, dipastikan jauh lebih baik.
Sedang H/T Highway Terrain buat yang lebih banyak berjalan di aspal.
Jadi pilihlah ban yang tepat dan pastikan sesuai dengan kebutuhan anda.